Augmentasi
Konservasi
1. Introduksi = impor musuh alami ® praktek klasik (awal usaha pengendalian hayati).
Contoh:
Introduksi antar pulau di Indonesia
1. Pemasukan parasitoid Tetrastichus brontispae dari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan dan Utara untuk mengendalikan Brontispa longissima.
2. Parasitoid telur Leefmansia bicolor dari pulau Ambon ke pulau Talaud untuk mengendalikan Sexava; dan Parasitoid Chelonus sp. dari Bogor ke Flores untuk mengendalikan hama bunga kelapa Batrachedra arenosella.
Introduksi parasit/ parasitoid dari luar daerah (eksotik) bertujuan:
a. Mengisi kekosongan niche (relung) pada sistem kehidupan hama, terutama terhadap hama pendatang (migran). Hama pendatang akan cepat berkembang di lingkungan baru karena tidak ada musuh alami.
b. Musuh alami yang ada di daerah setempat tidak memiliki kemampuan kuat untuk mengendalikan hama. Dengan memasukkan pengendali alami dari daerah lain yang memiliki kemampuan kuat untuk mengatur perkembangan populasi hama (pergantian kompetitif) dapat menekan pop. hama.
Ada beberapa langkah klasik dalam introduksi musuh alami:
1. Penjelajahan atau eksplorasi luar negeri
2. Pengiriman parasitoid dan predator dari luar negeri
3. Karantina parasitoid dan predator yang diimpor di dalam negeri
4. Perbanyakan parasitoid dan predator di laboratorium.
5. Pelepasan dan pemapanan
6. Evaluasi.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam introduksi musuh alami.
1.Teknik introduksi umumnya hanya berhasil digunakan untuk hama eksotik, sedang pada hama asli kurang berhasil.
2. Keberhasilan tergantung pada stabilitas agro-ekosistem, misal pada tanaman tahunan biasanya memiliki stabilitas agroekosistem sehingga musuh alami yang diintroduksi diharapkan dapat berkembang dan mapan pada ekosistem baru . Contoh penggunaan musuh alami untuk mengendalikan hama-hama di perkebunan.
2. Augmentasi (peningkatan)
Tujuan augmentasi adalah untuk meningkatkan jumlah musuh alami atau pengaruhnya. Hal itu dapat dicapai dengan melepaskan sejumlah tambahan musuh alami ke ekosistem atau memodifikasi ekosistem sehingga jumlah dan efektifitas musuh alami (m.a.)dapat ditingkatkan.
Teknik augmentasi biasanya bertujuan menekan populasi hama secara sementara atau berjangka waktu pendek sedangkan introduksi berjangka panjang.
Menurut Strehr (1982) pelepasan periodik augmentatik dilakukan dalam tiga cara:
1. Pelepasan inokulatif: Pelepasan m.a. hanya sekali, diharapkan m.a. dapat berbiak dan menyebar.
2. Pelepasan suplemen, m.a. dilepaskan apabila perkembangan populasi hama lebih cepat dari m.a. Bertujuan mengembalikan fungsi m.a.
3. Pelepasan massal (inundatif), bertujuan menurunkan populasi hama secara cepat, sehingga sering disebut sebagai penggunaan insektisida biologik.
3. Konservasi musuh alami, bertujuan menghindarkan tindakan yang dapat menurunkan populasi m.a.
Sebagai contoh menggunakan insektisida secara selektif.
Pengendalian Hayati dengan patogen hama
Dengan cara:
1. Memanfaatkan secara maksimal proses pengendalian alami oleh patogen. Menjaga ekosistem supaya patogen berfungsi secara “density dependent”
2. Introduksi dan aplikasi patogen hama sebagai faktor mortalitas tetap. Teknik yang digunakan adalah dengan cara memasukkan dan menyebarkan patogen. Agar patogen dapat bwrkembang diperlukan syarat adanya kepadatan pop. inang tinggi (hama dengan AE tinggi), sehingga cukup bagi perkembangan awal patogen.
3. Aplikasi patogen sebagai insektisida mikroba, bertujuan menekan populasi hama sementara waktu. Contoh penggunaan NPV terhadap Helicoverpa armigera, Agrotis ipsilon) dan Bacillus thuringiensis terhadap Leptinotarsa decemlineata (menyerang umbi kentang), Agrotis ipsilon, Darna trima. Cendawan Mettarizium anisopliae terhadap Helicoverpa armigera, Agrotis ipsilon, Oryctes rhinoceros, Spodoptera litura.
Keuntungan penggunaan insektisida mikroba adalah:
a. berspektrum sempit
b. khas inang
c. aman bagi lingkungan
d. tidak membunuh binatang bukan sasaran
Keuntungan pengendalian hayati adalah: permanen, aman dan ekonomik.